Hujan turun
sangat deras. Dan titin mulai berfikir, sebagai seorang kakak, dia merasa belum
terlihat seperti seorang kakak. Titin menyadari hal itu karena sifat keras
kepala itulah yang membuat titin merasa belum sepenuhnya bisa menjadi seorang
kakak. Seorang kakak harusnya bisa membuat adiknya merasa nyaman, karto, adik
titinpun merasa kalau dia selalu mengalah pada kakaknya. Dua bersaudara itu
terlihat sering berantem karena mereka mempunyai sifat yang sama sama keras. Sementara
karto sendiri masih tergolong alay alias anak lebay, masih suka menomor satukan
temean teman nya, apa apa pokoknya teman teman yang di nomor satukan, nggak
sadar kalau sebenarnya karto di manfaatkan oleh teman teman nya karena ke alay
an nya.
Suatu hari
titin memergoki karto sedang merokok di sekolahan, karena secara diam diam
titin menguntit karto pergi kesekolah secara diam diam. Di tengah jalan,
ternyata titin melihat karto tidak berbelok ke arah sekolahan karto, ternyata
karto malah masuh warnet dan dia hanya main game. Titinpu masih pura pura nggak
tau sampai pada akhirnya a meledak ledak ketika karto sampai di rumah saat
bersamaan dengan jam pulang sekolah. Ia pun langsung memarahi karto, “kau tadi
tak pergi kesekolah kan, kau bolos di warnet, mau jadi apa kau ini “. Karena takut
dan merasa bersalah, kemudian karto pun menjawab seenaknya, “nggak mungkin lah,
aku sekolah tadi, mana mungkin aku bolos, duit dari mana pula aku pergi ke
warnet dan main game”, kata karto dengan penuh emosi. Titin pun tak tahan
dengan kebohongan itu dan akhirnya mereka berantem hebat. Dan tak ada satupun
dari kakak adik tersebut yang mengalah. Karena mereka sama mempunyai sifat
keras kepala.
“demikian sekilas karangan cerita,
dan dari situ bisa di ambil bahwa tak mudah untuk menjadi seorang kakak. Tapi tergantung
sifat masing masing orang, ada yang lemah lembut, ada yang keras kepala. Mungkin
suatu hari akan mengarang tentang seorang kakak yang lemah lembut.”