Sunday, April 27, 2014

Diary Sang Zombigaret



Musim kemarau di bulan juni ini adalah saat saat yang menyenangkan buat aku. Masa masa Sekolah Dasar ku akan segera habis. Aku berkeinginan untuk memasuki Sekolah Menengah favoritku. Aku bosan dengan seragam putih merah ini, selama 6 tahun aku memakainya. Ketika melihat orang orang memakai seragam putih biru, sepertinya menyenangkan. Apalagi mereka memakai celana panjang, tidak seperti yang aku pakai sekarang ini. Peraturan di sekolah dasar kami tidak ada yang namanya ukuran panjang. Jadi kami memakai atasan putih pendek dan celana merah yang panjangnya sekitar lutut.
Hari pengumuman kelulusan sekolah kami pun tiba. Aku sudah tak sabar menunggu hasil ujian ku. Apakah aku lulus atau tidak. Aku berharap lulus dan mendapatkan nilai yang bagus agar aku dapat masuk sekolah menegah favorit di kotaku. Hari itu, ibu tidak memperbolehkan aku untuk ikut mengambil pengumuman kelulusan. Aku pun dengan cemas menunggu di teras depan rumah. Sesekali aku menengok Gang kecil dekat rumahku, berharap ibu segera pulang membawa kabar kelulusanku. Setelah hampir 2 jam aku mondar mandir di depan rumah, ibu pun pulang dengan wajah sumringah. Dari kejauhan ibu berteriak lirih, “Tegar, kemarilah nak, ibu bangga padamu nak”, kata ibu sambil terharu. Akupun lari menghampiri ibu dan tanpa mengatahkan sepatah katapun, aku langsung memeluk ibu erat erat. Setelah berpelukan dengan ibu, kami pun masuk ke dalam rumah. Kami duduk di depan televisi sambil menonton acara kartun favoritku. Sambil minum jus jeruk, kami pun berbincang bincang santai. “Tegar, kamu jadi masuk sekolah menengah di seberang jalan itu nak?” tanya ibu. “iya bu, aku ingin sekali masuk sekolah menengah itu, aku dengar dari teman teman ku, katanya itu bagus bu”. Aku berusaha meyakinkan ibu, agar ibu memperbolehkan aku masuk di sekolah menengah itu. Bukannya ibu melarang aku untuk memasuki sekolah menengah itu, tapi karena letaknya di pinggir jalan raya, Jadi ibu agak khawatir kalau aku tidak bisa menyebrang sendiri. Akhirnya setelah meyakinkan ibu, aku di perbolehkan untuk melanjutkan di sekolah menengah favorit yang letaknya di pinggir jalan raya itu.
Keesokan harinya aku bangun lebih pagi dari hari biasanya. Aku mendaftar dan diantar oleh ibu. Sambil menunggu angkot lewat, akupun sudah tak sabar ingin segera sampai di sekolah itu. Setelah satu jam menunggu angkot, kami pun sampai di sekolah favorit itu. Sampai di sekolah aku senang sekali, melihat taman yang bagus dan ruang praktek khusus TNI angkatan darat yang sangat canggih. Itulah mengapa aku ingin masuk sekolah ini, aku bercita-cita menjadi Tentara. Di sekolah ini di lengkapi exskul yang berhubungan dengan Tentara. Setelah beberapa hari mulai masuk dan menjadi siswa SMP, Aku berteman dengan Rafi. Dia adalah teman sebangku dan kami sering mengerjakan tugas bersama. Suatu hari, Rafi menawariku rokok, dia bilang, “Nih cobain Gar, enak kok”. Kemudian aku penasaran, aku pun menghabiskan sepuntung rokok pemberian Rafi. Karena kami sering belajar bersama, akhirnya setiap selesai belajar, Aku membeli rokok di warung dekat rumah, kemudian aku menghabiskannya di kamar saat ibu tidak ada di rumah. Uang jajan pun sering aku pakai untuk membeli rokok. Dan tanpa aku sadari, sehari aku bisa menghabiskan 3 bungkus rokok. Selama SMP aku ketagihan rokok sampai dadaku sesak. Aku mengabaikan rasa sesak di dada sampai akhirnya ibu membawaku ke rumah sakit dan dokter mengatakan kalau aku terkena kanker paru-paru. Saat mendengar itu ibuku menangis tiada henti dan akupun menyesal. Saat itu Guruku memberikan Surat pemberitahuan yang isinya aku terpilih sebagai salah satu murid terbaik mengikuti Pelatihan Masuk TNI. Tapi semuanya hanyalah mimpi, kini tubuhku semakin kurus dan aku semakin susah bernafas karena kanker yang aku derita. Dokter memutuskan agar aku mengikuti kemotherapi seminggu sekali. Saat itu aku sadar, kalau merokok memang pelan pelan membunuhku.