Musim kemarau di bulan
juni ini adalah saat saat yang menyenangkan buat aku. Masa masa Sekolah Dasar
ku akan segera habis. Aku berkeinginan untuk memasuki Sekolah Menengah
favoritku. Aku bosan dengan seragam putih merah ini, selama 6 tahun aku
memakainya. Ketika melihat orang orang memakai seragam putih biru, sepertinya
menyenangkan. Apalagi mereka memakai celana panjang, tidak seperti yang aku
pakai sekarang ini. Peraturan di sekolah dasar kami tidak ada yang namanya
ukuran panjang. Jadi kami memakai atasan putih pendek dan celana merah yang
panjangnya sekitar lutut.
Hari pengumuman
kelulusan sekolah kami pun tiba. Aku sudah tak sabar menunggu hasil ujian ku. Apakah
aku lulus atau tidak. Aku berharap lulus dan mendapatkan nilai yang bagus agar
aku dapat masuk sekolah menegah favorit di kotaku. Hari itu, ibu tidak
memperbolehkan aku untuk ikut mengambil pengumuman kelulusan. Aku pun dengan
cemas menunggu di teras depan rumah. Sesekali aku menengok Gang kecil dekat
rumahku, berharap ibu segera pulang membawa kabar kelulusanku. Setelah hampir 2
jam aku mondar mandir di depan rumah, ibu pun pulang dengan wajah sumringah. Dari
kejauhan ibu berteriak lirih, “Tegar, kemarilah nak, ibu bangga padamu nak”,
kata ibu sambil terharu. Akupun lari menghampiri ibu dan tanpa mengatahkan
sepatah katapun, aku langsung memeluk ibu erat erat. Setelah berpelukan dengan
ibu, kami pun masuk ke dalam rumah. Kami duduk di depan televisi sambil menonton
acara kartun favoritku. Sambil minum jus jeruk, kami pun berbincang bincang
santai. “Tegar, kamu jadi masuk sekolah menengah di seberang jalan itu nak?”
tanya ibu. “iya bu, aku ingin sekali masuk sekolah menengah itu, aku dengar
dari teman teman ku, katanya itu bagus bu”. Aku berusaha meyakinkan ibu, agar
ibu memperbolehkan aku masuk di sekolah menengah itu. Bukannya ibu melarang aku
untuk memasuki sekolah menengah itu, tapi karena letaknya di pinggir jalan
raya, Jadi ibu agak khawatir kalau aku tidak bisa menyebrang sendiri. Akhirnya
setelah meyakinkan ibu, aku di perbolehkan untuk melanjutkan di sekolah
menengah favorit yang letaknya di pinggir jalan raya itu.
Keesokan harinya aku
bangun lebih pagi dari hari biasanya. Aku mendaftar dan diantar oleh ibu. Sambil
menunggu angkot lewat, akupun sudah tak sabar ingin segera sampai di sekolah
itu. Setelah satu jam menunggu angkot, kami pun sampai di sekolah favorit itu. Sampai
di sekolah aku senang sekali, melihat taman yang bagus dan ruang praktek khusus
TNI angkatan darat yang sangat canggih. Itulah mengapa aku ingin masuk sekolah
ini, aku bercita-cita menjadi Tentara. Di sekolah ini di lengkapi exskul yang
berhubungan dengan Tentara. Setelah beberapa hari mulai masuk dan menjadi siswa
SMP, Aku berteman dengan Rafi. Dia adalah teman sebangku dan kami sering
mengerjakan tugas bersama. Suatu hari, Rafi menawariku rokok, dia bilang, “Nih
cobain Gar, enak kok”. Kemudian aku penasaran, aku pun menghabiskan sepuntung
rokok pemberian Rafi. Karena kami sering belajar bersama, akhirnya setiap
selesai belajar, Aku membeli rokok di warung dekat rumah, kemudian aku
menghabiskannya di kamar saat ibu tidak ada di rumah. Uang jajan pun sering aku
pakai untuk membeli rokok. Dan tanpa aku sadari, sehari aku bisa menghabiskan 3
bungkus rokok. Selama SMP aku ketagihan rokok sampai dadaku sesak. Aku mengabaikan
rasa sesak di dada sampai akhirnya ibu membawaku ke rumah sakit dan dokter
mengatakan kalau aku terkena kanker paru-paru. Saat mendengar itu ibuku
menangis tiada henti dan akupun menyesal. Saat itu Guruku memberikan Surat
pemberitahuan yang isinya aku terpilih sebagai salah satu murid terbaik mengikuti
Pelatihan Masuk TNI. Tapi semuanya hanyalah mimpi, kini tubuhku semakin kurus
dan aku semakin susah bernafas karena kanker yang aku derita. Dokter memutuskan
agar aku mengikuti kemotherapi seminggu sekali. Saat itu aku sadar, kalau
merokok memang pelan pelan membunuhku.