Pernah berpikir nggak
kenapa seseorang lebih memilih menyendiri dari pada berkumpul sama orang orang
yang “aneh”. Aneh di sini bukan karena membeda bedakan ataupun apa. Mereka aneh
karena sikap mereka yang membuat orang lain malas untuk bertemu bahkan
berbicara dengannnya. Kadang seseorang berpikir bahwa orang yang nggak mau ikut
bersosialisasi termasuk orang orang yang kuper. Yakin nih kalau orang yang
sering bersosialisasi justru lebih baik dari yang jarang bersosialisasi. Sumiyati
adalah orang yang susah bersosialisasi dengan orang lain. Tapi hanya di suatu
tempat. Dan di tempat lain Sumiyati adalah orang yang suka bersosialisasi. Ini
terjadi semata mata bukan karena Sumiyati termasuk orang yang pilih pilih dalam
berteman. Yang membuat sumiyati nyaman adalah orang orangnya yang punya akal
sehat. Tapi bukan berarti juga di tempat yang sumiyati jarang bersosialisasi,
orang orangnya tidak sehat. Tapi bisa juga iya, karena orang nggak nyaman di
suatu tempat itu karena orang di sekitar juga. Sumiyati sejak kecil memang
jarang keluar rumah, dia lebih suka di kamar, menulis dan membaca, bahkan makan
pun sampai di kamar. Dia hanya mempunyai seorang teman yang juga jarang
bersosialisasi dengan masyarakat. Jadi mereka cocok, sebut saja namanya
sajirah. Tapi entah di mana sajirah sekarang, sumiyati nggak tau. Banyak yang
bilang, kalau hidup bersosialisasi dalam masyarakat itu penting. Iya, sumiyati
pun juga tau. Banyak orang di sekita yang bilang kalau dia kuper dan nggak
gaul. Sumiyati pun berpikir, Loh...emang gaul itu seperti apa? Apakah ngata
ngatain orang lain nggak gaul, lantar mereka terlihat gaul begitu? Apa iya
seperti itu?. Kadang orang juga ngerasa paling benar dan nggak nyadar kalau
sebenarnya dirinya lebih kuper. Atas dasar apa seseorang dengan mudah
mengatakan kalau orang yang nggak mau bersosialisasi itu kuper. Sumiyati memang
jarang berkumpul dengan orang sekitar, bukan berarti juga ia bersikap begitu di
tempat lain. Buktinya di tempat lain dia bisa beradaptasi dengan baik. Dia
punya teman, walaupun setelah kembali ketempat asal ia merasa kesepian dan
nggak punya teman. Tapi dengan berada di tempat lain, sumiyati jadi tau macam
macam karakter orang. Kalau bersosialisasi membuat kita nggak nyaman, kenapa
juga harus bersosialisasi. Sumiyati memang pengangguran. Tiap dia keluar rumah
atau ke pasar, seseorang selalu bertanya padanya, “eh nak sumiyati kok di rumah? Kok nggak kerja?”.
Ada lagi bahkan orang yang sama selalu melontarkan pertanyaan yang sama, “Nak sumiyati
sekarang kerja di mana?”, “Lha daripada nganggur gitu, Mbok nyoba masukin
nglamar di situ”, “Ya pantas saja nggak dapat dapat kerja wong nak Sumiyati
nggak usaha nyari”. Gimana seandainya
kalian berada di posisi sumiyati? Apakah menjawab pertanyaan atau diam saja.
Sebagai seorang yang mempunyai mulut, maka Sumiyati menjawab walaupun sebenarnya
ia malas menjawabnya. Itu juga menjadi suatu tekanan psikologis buat Sumiyati.
Ia lebih memilih tidak bertemu dengan orang orang dari pada harus menjawab
pertanyaan konyol. Buat orang yang bertanya, mungkin ini akan baik baik saja.
Tapi bagi yang di kasih pertanyaan, ini bahkan menjadi tekanan tersendiri.
Walaupun nggak paham banget soal psikologi. Tapi hal tersebut pasti ada
kaitannnya. Kadang orang orang juga aneh. Ngapain juga ngurusin urusan orang
lain, ngurusin kapan seseorang BAB, kapan nikah dan kapan lapar, emang mereka
mau ngapain gitu. Ada banyak tipe tipe orang. Ada yang kepo atau pingin tau
banget tapi nggak peduli, hanya ingin tau banget, bisa juga bisa jadi bahan
gosip bagi mereka yang nggak ada kerjaan sama sekali. Buat orang yang sibuk,
mereka nggak punya waktu buat ngurusin orang. Dia mau jungkir balik, naik motor
sambil kayang juga nggak bakalan peduli. Orang yang kepo sama orang yang bener
bener peduli itu perbedaannnya tipis banget dan nggak keliatan. Dalamnya hati
nggak ada yang tau, ini bukan berarti kita harus berpikiran negatif ke orang
lain. Kita nggak perlu tau apa orang lain
butuh kita, yang jelas kita selalu ada untuk mereka (MalamMingguMiko). Kadang
seseorang nggak mau ikut sosialisasi sebenarnya karena perlakuan mereka
sendiri, emang nggak ada salahnya kok, kita tanya tanya hal pada orang lain,
tapi kalau pertanyaannya hanya itu itu saja, ini akan membuat orang yang di
beri pertanyaan tersebut risih dan kemudian minder. Dalam hal ini, apakah itu
yang di namakan sisi positif dari bersosialisasi, berkumpul kemudian menyakiti.
Kadang orang lain menilai seseorang hanya dari satu sisi saja. Yang baik dari
satu sisi belum tentu baik sari sisi lain begitu juga sebaliknya. Banyak orang
yang hanya seolah olah menyalahkan sumiyati, mereka menyalahkan karena
sebenarnya mereka kurang memahami. Seseorang juga bisa terganggu perkembangan
psikologisnya karena kurang di pahami dan terus di persalahkan. Kadang heran
banget sama orang, mereka sepertinya terlihat menang jika sudah membuat orang
lain skak mat. Apa seperti itu di sebut pemenang? TIDAK, hal yang demikian
lebih pantas di sebut pecundang. Pecundang selalu tertawa melihat penderitaan
seseorang. Alasan seseorang nggak mau bersosialisasi dalam masyarakat bukan
karena ia sombong dan pilih pilih, tapi juga demi kepentingan psikologis
jiwanya, tapi hal ini berlaku di tempat yang masyarakatnya rese. Yang
masyarakatnya sudah modern, berarti bukan salah masyarakatnya, tapi karena
orang tersebut memang susah bersosialisasi. Sumiyati termasuk orang yang supel,
ia cukup mengalah dengan teman temannya. Ia selalu ada untuk temannya yang
sedang sedih, selalu berusaha memberi motivasi walaupun supportnya biasa biasa
saja. Keinginan temn saat sedang jatuh itu Cuma satu, di kasih support saja.
Nggak lebih. Sumirah adalah salah satu teman sumiyati yang saat itu sedang
putus asa, tapi ia selalu meyakinkan sumirah untuk selalu berusaha, gimana sih
perasaan seorang teman kalau di curhati saat ia sedang sedih, nggak bakalan
tega kan walaupun sumiyati sendiri juga sebenarnya butuh motivasi. Tapi saat
sumirah perlahan mulai bangkit dan pelan pelan berdiri, ia seolah olah tak mau
lagi mendengarkan keluh kesal sumiyati yang saat itu butuh support seorang
teman. Akhirnya dari situ sumiyati sadar, berbuat baik kepada seseorang saja
belum tentu orang tersebut ada saat kita membutuhkan, apa lagi kita berbuat
jahat. Kalau kita ngebalas perlakuan orang lain kepada kita, justru kita
sendirilah yang rugi, tenang saja, kita nggak perlu membalasnya, diatas sana
Tuhan melihat segalanya. Manusia memang nggak berhak untuk menilai, Hanya Tuhan
yang berhak menilai semuanya.