Monday, June 2, 2014

SOKsialisasi



Pernah berpikir nggak kenapa seseorang lebih memilih menyendiri dari pada berkumpul sama orang orang yang “aneh”. Aneh di sini bukan karena membeda bedakan ataupun apa. Mereka aneh karena sikap mereka yang membuat orang lain malas untuk bertemu bahkan berbicara dengannnya. Kadang seseorang berpikir bahwa orang yang nggak mau ikut bersosialisasi termasuk orang orang yang kuper. Yakin nih kalau orang yang sering bersosialisasi justru lebih baik dari yang jarang bersosialisasi. Sumiyati adalah orang yang susah bersosialisasi dengan orang lain. Tapi hanya di suatu tempat. Dan di tempat lain Sumiyati adalah orang yang suka bersosialisasi. Ini terjadi semata mata bukan karena Sumiyati termasuk orang yang pilih pilih dalam berteman. Yang membuat sumiyati nyaman adalah orang orangnya yang punya akal sehat. Tapi bukan berarti juga di tempat yang sumiyati jarang bersosialisasi, orang orangnya tidak sehat. Tapi bisa juga iya, karena orang nggak nyaman di suatu tempat itu karena orang di sekitar juga. Sumiyati sejak kecil memang jarang keluar rumah, dia lebih suka di kamar, menulis dan membaca, bahkan makan pun sampai di kamar. Dia hanya mempunyai seorang teman yang juga jarang bersosialisasi dengan masyarakat. Jadi mereka cocok, sebut saja namanya sajirah. Tapi entah di mana sajirah sekarang, sumiyati nggak tau. Banyak yang bilang, kalau hidup bersosialisasi dalam masyarakat itu penting. Iya, sumiyati pun juga tau. Banyak orang di sekita yang bilang kalau dia kuper dan nggak gaul. Sumiyati pun berpikir, Loh...emang gaul itu seperti apa? Apakah ngata ngatain orang lain nggak gaul, lantar mereka terlihat gaul begitu? Apa iya seperti itu?. Kadang orang juga ngerasa paling benar dan nggak nyadar kalau sebenarnya dirinya lebih kuper. Atas dasar apa seseorang dengan mudah mengatakan kalau orang yang nggak mau bersosialisasi itu kuper. Sumiyati memang jarang berkumpul dengan orang sekitar, bukan berarti juga ia bersikap begitu di tempat lain. Buktinya di tempat lain dia bisa beradaptasi dengan baik. Dia punya teman, walaupun setelah kembali ketempat asal ia merasa kesepian dan nggak punya teman. Tapi dengan berada di tempat lain, sumiyati jadi tau macam macam karakter orang. Kalau bersosialisasi membuat kita nggak nyaman, kenapa juga harus bersosialisasi. Sumiyati memang pengangguran. Tiap dia keluar rumah atau ke pasar, seseorang selalu bertanya padanya, “eh nak sumiyati kok di rumah? Kok nggak kerja?”. Ada lagi bahkan orang yang sama selalu melontarkan pertanyaan yang sama, “Nak sumiyati sekarang kerja di mana?”, “Lha daripada nganggur gitu, Mbok nyoba masukin nglamar di situ”, “Ya pantas saja nggak dapat dapat kerja wong nak Sumiyati nggak usaha nyari”. Gimana seandainya kalian berada di posisi sumiyati? Apakah menjawab pertanyaan atau diam saja. Sebagai seorang yang mempunyai mulut, maka Sumiyati menjawab walaupun sebenarnya ia malas menjawabnya. Itu juga menjadi suatu tekanan psikologis buat Sumiyati. Ia lebih memilih tidak bertemu dengan orang orang dari pada harus menjawab pertanyaan konyol. Buat orang yang bertanya, mungkin ini akan baik baik saja. Tapi bagi yang di kasih pertanyaan, ini bahkan menjadi tekanan tersendiri. Walaupun nggak paham banget soal psikologi. Tapi hal tersebut pasti ada kaitannnya. Kadang orang orang juga aneh. Ngapain juga ngurusin urusan orang lain, ngurusin kapan seseorang BAB, kapan nikah dan kapan lapar, emang mereka mau ngapain gitu. Ada banyak tipe tipe orang. Ada yang kepo atau pingin tau banget tapi nggak peduli, hanya ingin tau banget, bisa juga bisa jadi bahan gosip bagi mereka yang nggak ada kerjaan sama sekali. Buat orang yang sibuk, mereka nggak punya waktu buat ngurusin orang. Dia mau jungkir balik, naik motor sambil kayang juga nggak bakalan peduli. Orang yang kepo sama orang yang bener bener peduli itu perbedaannnya tipis banget dan nggak keliatan. Dalamnya hati nggak ada yang tau, ini bukan berarti kita harus berpikiran negatif ke orang lain. Kita nggak perlu tau apa orang lain butuh kita, yang jelas kita selalu ada untuk mereka (MalamMingguMiko). Kadang seseorang nggak mau ikut sosialisasi sebenarnya karena perlakuan mereka sendiri, emang nggak ada salahnya kok, kita tanya tanya hal pada orang lain, tapi kalau pertanyaannya hanya itu itu saja, ini akan membuat orang yang di beri pertanyaan tersebut risih dan kemudian minder. Dalam hal ini, apakah itu yang di namakan sisi positif dari bersosialisasi, berkumpul kemudian menyakiti. Kadang orang lain menilai seseorang hanya dari satu sisi saja. Yang baik dari satu sisi belum tentu baik sari sisi lain begitu juga sebaliknya. Banyak orang yang hanya seolah olah menyalahkan sumiyati, mereka menyalahkan karena sebenarnya mereka kurang memahami. Seseorang juga bisa terganggu perkembangan psikologisnya karena kurang di pahami dan terus di persalahkan. Kadang heran banget sama orang, mereka sepertinya terlihat menang jika sudah membuat orang lain skak mat. Apa seperti itu di sebut pemenang? TIDAK, hal yang demikian lebih pantas di sebut pecundang. Pecundang selalu tertawa melihat penderitaan seseorang. Alasan seseorang nggak mau bersosialisasi dalam masyarakat bukan karena ia sombong dan pilih pilih, tapi juga demi kepentingan psikologis jiwanya, tapi hal ini berlaku di tempat yang masyarakatnya rese. Yang masyarakatnya sudah modern, berarti bukan salah masyarakatnya, tapi karena orang tersebut memang susah bersosialisasi. Sumiyati termasuk orang yang supel, ia cukup mengalah dengan teman temannya. Ia selalu ada untuk temannya yang sedang sedih, selalu berusaha memberi motivasi walaupun supportnya biasa biasa saja. Keinginan temn saat sedang jatuh itu Cuma satu, di kasih support saja. Nggak lebih. Sumirah adalah salah satu teman sumiyati yang saat itu sedang putus asa, tapi ia selalu meyakinkan sumirah untuk selalu berusaha, gimana sih perasaan seorang teman kalau di curhati saat ia sedang sedih, nggak bakalan tega kan walaupun sumiyati sendiri juga sebenarnya butuh motivasi. Tapi saat sumirah perlahan mulai bangkit dan pelan pelan berdiri, ia seolah olah tak mau lagi mendengarkan keluh kesal sumiyati yang saat itu butuh support seorang teman. Akhirnya dari situ sumiyati sadar, berbuat baik kepada seseorang saja belum tentu orang tersebut ada saat kita membutuhkan, apa lagi kita berbuat jahat. Kalau kita ngebalas perlakuan orang lain kepada kita, justru kita sendirilah yang rugi, tenang saja, kita nggak perlu membalasnya, diatas sana Tuhan melihat segalanya. Manusia memang nggak berhak untuk menilai, Hanya Tuhan yang berhak menilai semuanya.