Monday, March 3, 2014

tanpa judul



Titin tampak lelah dengan kehidupan nya yang semakin membuatnya bertambah tidak waras. Sudah selama kurang lebih 6 bulan ia tak kunjung mendapatkan buku yang akan ia pakai untuk tugas akhir sekolahnya. Titin mulai putus asa, dia mulai susah makan dan malas untuk keluar rumah. Setiap ia keluar dari rumahnya, tatapan acuh mulai tersirat di mata para tetangganya. Seolah olah mata mereka bisa bicara, “hey..titin, kamu kapan lulus wisuda, payah banget kamu masa tugas akhir nggak selesai selesai, “. Titinpun mulai membuat matanya juga berbicara, ia pun melontarkan kata kata yang tidak sedap untuk di makan, karena saat memasak titin lupa memberi beberapa garas dan bumbu bumbu yang lain. Ia hanya paham akan bumbu kehidupan yang sehari hari menjadi santapan nya. Sesampai di toko buku, ia pun hanya bisa memandangi uku itu, harga buku itu bisa di pakai buat nyicil mobil. Akhirnya titin pun menagis di depan toko buku, tiba tiba sang pemilik buku menghampirinya. “nak. Kamu kenapa ?? kok nggak bawa sendal ? sendal kamu di mana nak ? “, tanya sang pemilik toko kepada titin. “saya lapar bu, tadi buru buru ke toko buku dan saya lupa mau mandi, soalnya kamar mandi saya bocor, air nya nggak nyala bu, “ , jawab titin. Dengan mengajak titin masuk ke dalam toko, kemudian ibu itu memberikan mainan berbentuk mobil mobilan kepada titin. Dan tanpa berpikir panjang, titin pun langsung berpamitan kepada ibu iti dan lari bergegas ke bengkel terdekat toko buku itu. Dia menyervis mobil itu dan akan di pakai dia untuk ngojek di sekitaran rumahnya. Demikian sekilas info....
Dari cerita di atas, sebenarnya apa yang ingin di sampaikan penulis? Apa ada hubunganya dengan alur cerita ? hmmm....mungkin saya juga nggak tau tentang apa yang saya tulis barusan, tapi sedikit menarik juga kalau menurut saya, kalau sebenarnya antara titin dan ibu ibu pemilik toko itu sama sama kurang waras. Bener nggak sih? Tapi walapun mereka kurang waras, mereka tetap bisa melengkapi rasa kurang warasnya mereka. Kalau orang nggak waras saja bisa saling memahami dan mengerti. Lalu kenapa orang yang jauh lebih waras nggak bisa saling memahami?? Mungkin itu yang dinamakan ada kelebihan di balik kekurangan. Kadang saya juga nggak ngerti, kurang waras itu di sebut kekurangan atau gimana sih? Mungkin orang yang nggak waras selalu mengganggap kalau mereka itu waras, hanya orang yang bener bener waras saja yang bisa membedakan orang waras sama orang nggak waras. Haaaa...ini kok jadi ngomongin orang nggak waras segala sih. Jangan jangan malah yang nulis juga agak nggak waras nih. Bisa jadi bisa jadi....

No comments:

Post a Comment