Dalam sebuah desa terpencil,
hiduplah tiga saudara kembar yang mempunyai bentuk muka yang berbeda beda. Mereka
hidup di tepi sungai yang tak lain adalah tempat perkumpulan para buaya buaya. Walaupun
mereka bertetanggan dengan buaya, tapi mereka sudah biasa dan buaya juga kenal
dengan tiga saudara kembar tersebut. Maman mempunyai muka bulat seperti jam
dinding, ia merupakan yang tertua diantara dua saudaranya. Mimin mempunyai
wajah oval seperti telur ayam sedangkan mimin mempunyai bentuk wajah
lonjong/panjang seperti kapsul. Ketiga saudara ini memiliki sifat keras kepala
dan tak ada yang mau mengalah. Suatu ketika, persediaan beras di rumah mereka
habis. Mereka bertiga yang telah lelah bekerja seharian, sampai rumah dan saat
ingin memasak ternyata beras persediaan mereka habis. Kemudian mereka saling
menyalahkan satu sama lain dan bertengkar dahsyat. Kala itu tak ada yang
mengalah sama sekali, masing masing dari mereka membawa pisau. Berhubung rumah
mereka berada di tepi pantai yang tak berpenghuni, pertengkaran mereka hanya di
dengar oleh buaya buaya yang menghuni sungai tersebut. Pertengkaran mereka
hanya di saksikan oleh segerombolan buaya. Akhirnya salah satu dari mereka
tertusuk pisau yang di bawa nya. Pertengkaranpun
sempat terhenti sesaat. Mereka berfikir bahwa tusukan pisau itu tak separah
yang sebenarnya. Tusukan pisau itu mengenai jantung si momon. Tanpa mengucapkan
sepatah kata pun, momon langsung tak sadarkan diri. Akhirnya, dengan banyaknya
darah yang mengalir, buaya buaya itu langsung mendekati mereka, akhirnya buaya
yang kelaparan dan melihat banyaknya darah yang mengalir itu langsung menyantap
maman dan mimin. Akhirnya tiga saudara keras kepala itu menjadi santapan buaya
yang menghuni sungai.
#sekedarnulistapinggakngertiujungnya
No comments:
Post a Comment